Saturday 31 October 2009








Pemuda, Tak Kenal Lelah

Oleh: Mohd. Yusuf Hasibuan


Rasulullah Saw bersabda di dalam hadist yang diriwayatkan oleh al-Hakim yang artinya:
”Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara, hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, masa lapangmu sebelum masa sibukmu, masa mudamu sebelum tuamu dan kayamu sebelum miskinmu.”

Saat mendengar kalimat pemuda, semua orang akan terbayang bahwa mereka yang memiliki semangat dan sebagai agen perubahan (agent of change) di setiap masa. Pemuda bukan saja mereka yang berumur dari 16 sampai 30 saja, sebagaimana RUU (Rancangan Undang-Undang) yang dimusyawarahkan dan ditetapkan oleh Anggota DPR, akan tetapi pemuda adalah mereka yang masih memiliki jiwa semangat untuk berkarya dan tidak mengenal lelah dalam berjuang, mereka generasi-generasi penerus yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan. Pemuda juga memiliki andil yang sangat besar dalam mengembangkan dan memajukan Negara Republik Indonesia.

Pada masa Rasulullah Saw para pemuda memiliki semangat yang berapi-api, bahkan dapat menghanguskan dan menghancurkan maksiat-maksiat. Seluruh jiwa dan raga mereka korbankan hanya untuk mengibarkan bendera Islam. Musuh-musuh Islam berlarian pontang-panting melihat bingasnya hasrat perang mereka. Kaum qurais kehilangan strategi-strategi berlian saat menghadapi mujahid-mujahid Allah Swt. Mereka terkejut dengan kejuhudan para sahabat, yang mana di dalam pertempuran mereka menemui seorang pemuda hanya berumur 15 tahun sudah berani untuk ikut serta menumpahkan darah, dialah Usamah bin Zaid. Salah seorang sahabat yang ikut berperang dalam usia yang dini. Pada saat perang Uhud ia mengharap kepada Rasulullah Saw agar bisa ikut berjuang di medan perang, namun Rasulullah Saw tidak memberikan kesempatan baginya karena umurnya masih muda dan kecil, sehingga hatinya sedih dan merasakan kegelisahan akibat tidak bisa ikut membela Islam. Maka pada saat perang khandaq Usamah bin Zaid yang masih berumur 15 tahun sangat berharap sekali untuk ikut berjuang di dalam barisan tentara-tentara Allah Swt. Dengan keseriusan dan ketekunannya membuat Rasulullah Saw merasa kasihan dan memberikannya peluang untuk ikut bertempur. Memang semangat Usamah bin Zaid tak pernah luntur dari jiwanya, terbukti dari kesabaran yang ia jalani saat melihat dan menyaksikan dengan mata kepalanya atas pembunuhan ayahnya Zaid bin Haritsah dalam peperangan Muktah. Sedangkan pada saat perang Hunain Usamah bin Zaid adalah salah saeorang sahabat yang mengikuti perintah Rasulullah Saw, yang mana pada saat perang ini jumlah umat Islam sangat banyak dibandingkan dengan musuh, sehingga kesombongan dan keangkuhan meracuni keimanan para sahabat yang membuat barisan tentara-tentara Islam kocar-kacir. Di sela-sela inilah ia dan para sahabat lainnya (Abu Bakar as-Shiddik, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul Muthalib, Fadlu bin Abbas, Rabi’ah bin Haris, Usamah bin Zaid, Aiman bin Ubaid, Abu Sufyan bin Haris, dan anak Abu Sufyan) yang masih setia mematuhi anjuran dari Rasulullah Saw. Maka sangat wajar jikalau pada saat kepemimpinan Abu Bakar as-Shiddiq ia mendapatkan amanah sebagai panglima perang untuk melakukan ekspansi ke daerah syiria.

Di dalam buku Shinâ’atu as-Syabâb bahwa ada tiga orang sahabat Rasulullah Saw yang tidak ikut perang, maka pada saat pasukan Islam kembali dari perang mereka sangat malu kepada Rasulullah Saw bahkan mereka enggan untuk bertemu dengan Rasulullah Saw dan para sahabat. Dan di dalam buku ini juga menceritakan tentang anak nabi Nuh, yang sangat susah untuk diajak mengimani Allah Swt. Nabi Nuh mengatakan didalam al-Qur’an Irkab Ma’anâ. Namun tetap saja anaknya menolak dengan keangkuhan, sehingga azal pun menjemput dalam kehinaan. Na’uzubillah. Semoga kita termasuk pemuda yang ideal dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada diri kita sendiri.“ Sudahkah hati kita merasakan sebagaimana yang mereka rasakan ? malukah kita saat kekeringan ilmu ? sudahkah pantas dikatakan sebagai seorang pemuda Islam yang ideal ? sampai kapankah Indonesia akan mengalami kehancuran ? apa saja yang telah aku lakukan buat agama Islam dan negara Republik Indonesia.? Maka untuk menjawab semua ini kembalikanlah kepada hati kita masing-masing dengan merenung dan mengintropeksi diri untuk menghadapi masa depan dan untuk membangun bangsa. Karena seorang pemuda apabila melakukan kebaikan jauh lebih baik dari pada orang tua yang melakukan kebaikan sebagaimana perkataan syeikh Sya’rawi “pemuda yang shaleh jauh lebih baik dari pada orang tua yang saleh”

Untuk menopang dan membangun jiwa pemuda, pondasi pertama dan yang paling harus menaburkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Jangan pernah takut menjalani kehidupan dan melewati rintangan-rintangan yang ada, tetapi anggaplah segala jurang sebagai madu yang harus diminum untuk kesehatan masa depan. Selanjutkan mari kita satukan tekad dan perjuangan untuk menguatkan barisan, sehingga langkah-langkah yang kita gerakkan tidak akan pernah retak lagi.

Persatuan seperti satu hati meskipun berbagai kelompok dan ragam kebudayaan. Suatu bangsa akan sejahtera dan tentram apabila pembinaan terhadap pemuda dan pemudi dengan rela berkorban dan semangat ruh al-Quran dan Hadist. Maka untuk mencapai semua itu marilah kita contoh baginda Rasulullah Saw, para sahabat, Ulama, dan tokoh-tokoh Indonesia terdahulu seperti bapak Budi Oetomo. Ia berani membuat gebrakan baru yang belum pernah terpikir pemuda lainnya yaitu sumpah pemuda. Penggagasan sumpah pemuda ia laksanakan bersama para pemuda dengan tekad kesatuan, bahkan ia mendesak peresiden Soekarno untuk meproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia.

No comments: