Thursday 8 October 2009


Indonesia Menangis
Oleh: Mohd. Yusuf Hasibuan

“Oh Indonesia betapa malang nasibmu” itulah kata yang aku ungkapkan kepada seorang teman, kebetulan pada malam itu telah menemaniku makan malam। Indonesia pada saat ini memang mengalami berbagai bencana yang harus dihadapi dengan ketabahan dan doa kepada Ilahi. Dan bencana pada tahun ini sangat banyak tak terhitung oleh jari kita lagi, dari mulai bencana kebakaran sampai banjir. Tak terasa memang semua bencana yang kita hadapi berlalu begitu saja. Tanpa mengambil hikmah dan solusi. Kebanyakan dari kita hanya bisa memberi komentar tanpa memberikan solusi yang nyata. Maka kita harus sadar bahwasanya negara kita Republik Indonesia sedang menangis dan sedang berduka cita. Oleh karena itu kita harus saling tolong-menolong satu sama lain, seperti saat berhijrahnya Rasulullah ke Madinah, Beliau mewajibkan agar kaum Anshar memberikan harta warisa kepada kaum Muhajirin. Meskipun hal itu telah dinasekh, namun spirit kebersamaan itu yang harus kita bangun dan kita capai. Sehingga kita akan merasakan kemajuan dan perkembangan didalam hidup ini.
Lima tahun yang lalu Indonesia menangis “nyawa” yang mana pada saat itu terjadi tragedi gempa tsunami yang sangat dahsyat di daerah Aceh, tepatnya hari minggu pada tanggal 26 Desember 2006. pada saat itu semua orang yang tinggal di Aceh tidak menyangka bahwa tsunami itu akan datang menghampiri mereka. Setelah kejadian tsunami kebanyakan dari orang-orang Aceh merasa trauma dan menjadi miskin seketika. Hidup mereka selalu merana meskipun banyak lembaga-lembaga dalam negeri dan luar negeri memberikan bantuan kepada mereka. Namun dampak psikolog mereka sangat tertekan. Lain lagi dengan kejadian jatuhnya pesawat-pesawat milik lokal Indonesia yang menelan banyak korban, seperti misteri jatuhnya pesawat Adam Air Boeing 737-400 dengan nomor penerbangan KI 574. dan yang menyedihkan lagi mentri perhubungan kita kurang intensif menangi hal ini. Maka kita jangan heran kalau “jatuh” surat pelarangan maskapai penerbangan Indonesia menuju negara eropa. Ini adalah hasil usaha yang telah kita tanam dengan bibit “kurang serius” sehingga tumbuhlah hasil yang busuk dan merugi. Para DPR saja yang menjadi penyambung lidah rakyat tidak bisa diharapkan sebagaimana mestinya. Apalagi kejadian gempa bumi yang terjadi didaerah padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat telah menelan ratusan korban. Namun pelantikan DPD, DPR, dan MPR telah menelan dana yang sangat banyak. Ketua Komisi Pemilihan Umum abdul Hafiz Ansyari mengungkapkan “bahwasanya anggaran untuk pelantikan anggota dewan pada tahun ini lebih sedikit (Rp 11 miliar) dari pada tahun 2004.” Dari sini saja kita sudah bisa melihat akan kurang perhatian wakil-wakil rakyat kita. Yang mana ditengah-tengah saudara kita sedang ditimpa musibah acara pelantikan kita laksanakan bahkan menghambur-hamburkan uang. Semoga dengan tulisan yang ringkas ini membuat wakil rakyat kita sadar dan insyaf. Tidak terlalu memikirkan acara-acara formal yang bisa membuat mereka menjadi “budak-budak” sistem yang ada. Padahal sistem yang mereka terapkanpun masih bersifat taqlid dari para pendahulu anggota dewan. Memang benar firman Allah Swt yang artinya “Taatilah Allah dan taatilah Rasulnya” ini merupakan sebuah seruan untuk mengembalikan “ruh” kita kepada al-Quran dan Sunnah. Sehingga kita akan merasakan keselamatan didunia dan diakhirat.

Maka ini sangat membutuhkan perhatian yang intensif dan mempelajari cara-cara atau sistem yang bijak untuk menghadapi gempa bumi dan gejala alam lainnya. Disinilah kita terkadang mudah lalai dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada, sehingga kita selalu terjebak didalam jurang penyesalan. Sudah jelas-jelas didalam syair arab mengatakan “apabila mengetahui jauhnya jalan yang akan ditempuh maka bersiap-siaplah” atau yang kita kenal dengan “ sedia paying sebelum hujan.” Problem-problem yang sudah mengakar ditubuh Indonesia, sudah menjadi tanggungjawab kita bersama, bukan hanya pemerintah yang mendapatkan beban ini. Karena kemajuan sebuah bangsa dibangun dengan kebersamaan, bukan timpang tindih satu sama lain. Sehingga terjadilah perselisihan-perselisihan yang tidak diinginkan. Apakah kita hanya diam untuk menunggu agar”hujan” solusi. Ini bukan cara yang dianjurkan agama kita. Lalu bagamaimana kita menanggulangi semua ini ? untuk menanggulangi semua ini kita harus menanamkan tekad yang kuat terhadap perubahan khususnya bagi diri kita sendiri. Sebagaimana Firman Allah Swt didalam al-Quran (QS. Ar-Ra'du 13:11) yang artinya “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang merubahnya” maka mulailah kita gerakkan diri kita untuk berubah dan bertaubat kepada Allah Swt. Marilah kita capai mimpi-mimpi yang telah kita bayangkan dengan bergerak dan berusaha. Sehingga mimpi-mimpi kita tidak berlalu begitu saja seperti air mengalir kedataran rendah. Maka ucapkanlah pada diri kita take dreaming and start action. Karena kalau kita diam saja dan tidak bergerak, maka kehidupan kita menjadi hampa dan tidak berarti.
Memang musibah datang tiba-tiba, kehadirannya selalu menyedihkan dan membuat air mata “capek” untuk mengalir diatas pipi-pipi manusia. Tapi bukan musibahnya yang kita perdebatan melainkan sikap kita bagaimana menghadapi musibah itu. Apakah kita tetap sabar atau malah sebaliknya, mencari celah untuk menyalahkan sang pencipta Allah Swt. Na’uzubillahi Min zalik. Seharusnya kita harus sabar dalam menghadapi musibah-musibah yang ada. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw didalam Shahih Muslim yang artinya “Kesabaran itu ketika awal musibah. ” Maka dari mulai sekarang mulailah dari hal-hal yang kecil, sedikit demi sedikit lama-kelamaan akan menjadi bukit. Meskipun membutuhkan waktu yang sangat panjang. Namun kita harus tetap optimis sehingga negara kita Indonesia tidak menangis lagi dan segala kedukaannya terhapus dengan usaha-usaha dan doa yang selalu kita panjatkan kepada Allah Swt. Semoga tidak ada lagi bencana dinegara tercinta Republik Indonesia. Dengan tetesan tinta yang ku tuangkan ini, merupakan sebuah kepedulianku dan kami semua kepada bangsa Indonesia. Doa kami tak akan pernah putus untuk mendoakan dan membangun bangsa Indonesia. Sehingga kami bisa mengeluarkan bangsa Indonesia dari “Penjara” kesediahan. Amin.

No comments: