Sunday 4 October 2009

Kenapa Harus Berpartai ?

Oleh: Mohd. Yusuf Hasibuan

Dinamika per-politik di Indonesia mengalami progresifitas. Mengindikasikan bahwa Indonesia sudah mulai maju dan berkembang-tak tahu berkembang ke arah mana. Namun satu hal yang menjadi stumbling block(penghalang) tentang kridibilatas politikus yang masih dipertanyakan. Kebiasaan saling menggunjing satu sama lain, menjatuhkan rival politiknya dan sikut kanan kiri tak pandang bulu. Seperti biasa, bahwa politik adalah tempat pesta pora para binatang-meminjam istilah bang Iwan.

Dengan pola politik seperti ini, bisa membahayakan regenerasi putra bangsa di kemudian kelak. Maka untuk para politik, ber-politiklah dengan nurani dan jiwa besar. Jangan terlalu enak mempolitisasi semua keadaan, apalagi sampai membawa simbol keagamaan dalam berpolitik.

Karena maraknya parpol di Indonesia, sehingga dari pergolakan itu timbul bebarapa pertanyaan ; kenapa harus berpolitik?, apakah hidup ini bisa aman tanpa politik? dan pertanyaan senada lainya. Pertanyaan yang mungkin sangat sederhana, tapi penuh ibrah dan stigma positif. Ketika orang sibuk bicara politik, pasti ada banyak hal yang terlupakan selain itu. Mungkin kita tak pernah tahu, saat atau ketika kita asyik berpolitik. Berapa banyak pekerjaan negara terbengkalai, nasib sosial yang tak kunjung membaik. Berpolitik sah-sah saja, asalkan tidak melupakan sisi lainya yang lebih penting dari politik, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Tidak ada dikotomi dalam politik. Ada sebahagian mendewakan politik dan justru yang lain memposisikan politik sebagai biang keladi segala kerusuhan. Bahkan ada yang menjadikan politik mobilisasi menuju popularitas. Yang lebih parah, politik dijadikan ajang untuk mencari sesuap nasi-rela menjual harga diri. Adanya beda persepsi tentang dan guna politik, membentuk kejenuhan dan kebimbangan masyarakat. Setidaknya dalam hati mereka bertanya “ada apa dengan politik Indonesia?”. Pertanyaan menohok seperti ini justru timbul karena melihat aktivis politik yang lebih mendahulukan kepentingan pribadi dan golongan semata. Bukan mengedepankan kepentingan masyarakat secara umum. Situasi seperti ini lebih nampak jelas ketika mereka menebar madu-madu janji saat masa kampanye. Dan pemandangan seperti ini sudah menjadi rahasia umum.

Kesalahan yang sangat fatal dalam politik adalah adanya penipuan publik. Dengan cara menebar janji-janji palsu saat masa kampanye. Yang dari ulah ini masyarakat dengan sendirinya membentuk opini bahwa politik memang kotor, penipu,tak berhati manusia dan segudang kejelakan lainya. Maka jangan heran ketika ada ustadz yang selama ini menjadi panutan, seketika dibenci oleh karena ikut dalam perpolitikan. Lantas, untuk apa berpartai, kalau tidak bisa mentranformasikan sebuah negara menjadi lebih makmur, aman dan sejahtera?

Kemudian yang membuat saya lebih miris, saat melihat parpol yang katanya berbasis Islam pun sama saja. Terkadang menyebar pesona besar-besaran. Kadang menggelar kegiatan yang sifatnya seperti memperhatikan ummat Islam. Seperti memperhatikan Palestina. Kegiatana ini mereka obok-obok hanya pada saat kampanye, setelah itu maka kembali parpol dengan tabiatnya yang kotor, penipu dan rakus kekuasaan.

Setelah melihat fakta dan relita lapangan tentang politik. Timbul satu pertanyaan untuk diri kita, “Haruskah kita berpolitik?”. Jawabanya kembali kepada diri kita masing-masing. Sebab para ulama telah sepakat bahwa hukum politik itu boleh. Politik itu layaknya sebilah pisau, ia akan menjadi baik jika yang punya menggunakan kepada hal-hal yang baik, misalnya ; motong cabe, bawang, dan membersihkan ikan. Namun, dengan pisau itu pula bisa memposisikan si empunya dalam dosa dan salah. Misalnya digunakan untuk membunuh orang, menggorok leher orang tak bersalah dan menikam orang.

Dunia politik sekarang ini masih banyak kekeliruan dan masih banyak permainan uang. Sehingga terjadilah cacat politik dan membuat bangsa kita semakin mundur. Bukan semakin maju. Bayangkan masih pada awal menjabat saja ia telah menyogok dengan uang, maka pada akhirnya ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan uang-uang yang telah ia keluarkan.

Dunia sekarang ini, terutama di Indonesi memaksa kita untuk berpolitik. Paling tidak kita paham politik. Mau tidak mau kita harus berpolitik, namun bukan berpolitik praktis atau terjun ke dunia parpol. Perpolitikan juga ada di dunia bisnis dan perpolitikan panggung dunia.

Saya menyayangkan politik di Indonesia, kebanyakan para kader partai merasa paling benar, bahkan apabila seseorang tidak memiliki partai dikatakan tidak ingin membangun Negara. Padahal mereka berjuang untuk partai saja tidak terlalu toleransi, terkadang mereka membela matia-matian partai yang mereka geluti. Meskipun partai mereka dalam keadaan bersalah.

Masyarakat bukan hanya butuh parpol tetapi lebih mengharapkan kejujuran dari setiap aktivis partai. Bukan saling membenarkan partai-partai yang mereka dalami. Saya berharap banyak kepada aktivis partai, khususnya kader-kader partai, jangan pernah menganggap bahwa saudara-saudara kita yang belum bergelut di partai berarti tidak memikirkan bangsa.

Ingatlah bahwasanya membangun bangsa dan Negara bukan dari partai saja, bisa saja dengan ilmu dan perbuatan, serta usaha-usaha. Karena Negara kita sekarang bukan butuh partai saja, melainkan membutuhkan perekonomian yang mapan, keamanan yang terjamin.

Semoga dengan tulisan yang singkat ini, kita bisa menyatukan barisan melangkah bersama untuk memajukan bangsa kita. Jangan pernah lagi memandang perbedaan diantara kita, tapi yang harus kita munculkan adalah kaca mata persatuan dan jiwa siap membangun bangsa. Kapan pun dan dimana pun kita berada.

Tentang politik ini ada yang menjadi titik tekan dan perhatian khusus. Dunia politik tidak jauh dari ; ingin kekuasaan, saling berburuk sangka dengan lawan politik dan bisa saling dengki diantara sesama. Politik adalah daerah abu-abu, sikap kita seperti samar-samar dan tak jelas. Apakah berbuat suatu kebaikan karena Allah?, atau terselip sebuah kata ‘agar mendapat dukungan(suara)’. Untuk mereka yang sedang berpakaian politik, berhati-hatilah sebab anda di hutan rimba. Yang penuh dengan binatang buas dan semak belukar. Berpartailah, jika dengan itu anda bisa merealisasikan keadilan dengan seutuhnya.

No comments: