Monday 21 September 2009


Universitas Al-Azhar Dan Harvard Pindah Ke Indonesia

Berangkat dari cita dan ‘mimpi’ Universitas Al Azhar dan Harvard pindah ke Indonesia. Pada kesempatan baik ini dan dalam rangka memenuhi persyaratan formal serta sebagai pertanda simbolik menduduki jabatan sebagai seorang mahasiswa, penulis mencurhatkan sebuah cita, angan-angan, atau Anda membahasakannya dengan sebuah mimpi, sebagai pengukuhan jiwa seorang akademisi. Pemilihan tajuk ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain sejarah telah mencacat tetang kehadiran peran pendidikan Islam khususnya, dalam perjuangan bangsa Indonesia, khususnya dalam ikut memajukan, mencerdaskan umat dan masyarakat, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Kedua, konstitusi negara republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945 telah menempatkan keberadaan dan peran pendidikan Islam sebagai bagian tidak terpisahkan dari kebijakan politik pendidikan nasional. Tidak berlebihan kalau (secara politis) dikatakan bahwa kehadiran dan keberadaan pendidikan merupakan bagian dari andil umat Islam dalam perjuangan maupun dalam mengisi kemerdekaan.

Kalau kita lirik kembali rekaman sejarah ternyata, rakyat Indonesia yang menimba ilmu di luar negeri tidak sedikit dan sudah cukup lama. Terbukti dari hasil kemerdekaan republik Indonesia; mahasiswa yang ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan dari Timur Tengah dan Belanda. Ironis sekali, jikalau ilmu yang mereka timba kita sia-siakan. Bayangkan, sudah berapa puluhan tahun kita tidak bisa bersaing dalam dunia pendidikan, hal ini cukup merugikan kita. Khususnya di segi finansial, seperti; pembayaran visa, transportasi, kehidupan sehari-hari dan lain sebagainya. Jadi, persoalan dunia pendidikan sebenarnya termasuk peka dan rawan. Pendidikan yang tidak didasarkan pada orientasi yang jelas dapat mengakibatkan kegagalan dalam hidup secara berantai dari generasi ke generasi.

Kehadiran lembaga pendidikan Universitas Al-azhar dan Harvard yang berkualitas tinggi dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan sesungguhnya sangat diharapkan oleh berbagai pihak guna mempersiapkan sumber daya manusia suatu negara untuk masa mendatang. Membuat dunia melirik kedua universitas ini. Tidak heran, orang-orang dari penjuru dunia berbondong-bondong berpacu menuntut ilmu dunia pendidikan di kedua lembaga ini. Tidak ketinggalan Indonesia sebagai negara yang miskin akan ‘ilmu’ dan kaya akan koruptor. Insyallah, semua orang mengenal atau tahu Al Azhar dan Harvard, apalagi mereka yang berasal dari kalangan pendidikan dan kaum intelek. Lantas bagaimana dengan perkembangan mutu universitas Indonesia seperti UI (Universitas Indonesia) yang berhasil membuahkan nomor urut 287, ITB (Institut Teknologi Bandung) peringkat ke 315, UGM (Universitas Gajah Mada) yang mendapat nomor urut 316 dari 500 universitas terbaik seantero dunia. Kemudian bagaimana dengan nasib universitas yang lainnya. Tidak masuk kategori ini, apakah ingin terus terkatung-katung bak sampan ditengah ombak samudera.

Kita sebagai kaum intelek bangsa yang mengemban amanah dari Allah, orang tua, bangsa dan negara, sanggupkah kita akan memindahkan keberadaan Harvard dan Al Azhar ke negeri tercinta, Indonesia? Kalau untuk memindahkan gedung universitasnya memanglah amat sulit, tapi kalau ilmu, pengetahuan sistem dan metodeologi pendidikan serta pengajaran mereka yang bagus, dikembangkan di Indonesia akan menjadi tantangan kita yang membutuhkan usaha yang sangat serius dan penuh kehati-hatian. Bayangkan jikalau generasi kita nantinya terus-menerus menuntut ilmu ke negeri orang, akan sangat membebankan mereka.

Pertanyaannya, prestasi apa yang membuat kedua lembaga pendidikan ini (baca: Universitas Al-azhar dan Harvard) begitu tersohor dalam dunia pendidikan? Kenapa mesti kedua universitas ini kita pindahkan ke Indonesia? Kapan semua ini akan terwujud? Banyak alasan dan bukti mengapa kedua lembaga pendidikan ini begitu tersohor di belahan dunia. Karena nama dan kemajuan di berbagai segi yang dialami kedua unversitas unggulan ini. Harvard adalah universitas nomor satu di dunia menguasai bidang ilmu umum, sains dan teknologi. Dan Al Azhar lembaga pendidikan yang sangat tersohor selama ribuan tahun lamanya bidang ilmu agama dan pengembangannya serta banyak melahirkan intelek-intelek yang handal hingga pada saat ini. Menjadikan ‘daya beli’ masyarakat luar tinggi walaupun biaya pendidian atau hidup di Negara itu juga tidak murah.

Indonesia harus kaya dengan lembaga-lembaga pendidikan dan pengembangannya yang tangguh dan mumpuni. Bukankah kita sudah memiliki modalnya, baik yang berupa tenaga ahli maupun yang berupa kelembagaan (pondok pesanteran, madrasah, sekolah dan perguruan tinggi). Selain itu banyak alumni sarjana doktoral dan majister jebolan dalam dan luar negeri bisa dimanfaatkan sebagai guru. Tentunya, dengan kebijaksaan dan pertimbangan yang mendukung kesejahteraan mereka. Baik berupa; kenaikan gaji, fasilitas dan pemenuhan kebutuhan. Kalau kita ingin menatap masa depan pendidikan yang mampu memainkan peran strategis dan diperhitungkan untuk dijadikan pilihan dunia pendidikan, maka perlu ada keterbukaan wawasan keberanian dalam memecahkan masalah-masalahnya secara mendasar dan menyeluruh, khususnya pemerintah Indonesia agar memberi komitmen yang pasti. Seperti yang berkaitan dengan: pertama, kejelasan antara yang dicita-citakan dengan langkah-langkah operasionalnya. Kedua, pemberdayaan kelembagaan yang ada dengan menata kembali sistemnya. Kegita, perbaikan pembaharuan dan pengembangan dalam sistem pengelolaan atau menajemennya. Dan keempat, peningkatan sumber daya manusia yang diperlukan.

Tentu harus diakui pula bahwa untuk semua itu dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar, sistem pendaan ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan rakyat. Ini ditempuh dengan berpijak pada landasan niat dan tekat: bahwa kita bangsa Indonesia, sudah seharusnyalah mewariskan sesuatu yang terbaik bagi generasi mendatang. Meskipun pada dasarnya negara kita miskin, tapi sejatinya kita harus percaya diri dan tidak mau menjadi bangsa inferior (rendah mutu atau orang bawahan) negara-negara lain.

Semua itu akan terwujud, kalau ada perencaan walau berawal dari satu cita dan mimpi. Pengembangan pendidikan bukanlah pekerjaan sedehara, karena memerlukan adanya perencanaan secara terpadu dan menyeluruh. Dalam hal ini perencaan berfungsi membantu memfokuskan pada sasaran, alokasi, dan kontinuitasnya, dan sebagai suatu proses berpikir untuk menentukan apa yang akan dicapai, bagaimana mencapainya, siapa yang mengerjakan dan kapan dilaksanakan, maka perencanaan juga memerlukan adanya kejelasan terhadap masa dengan apa yang akan dicapai atau dijanjikan. Kalau bukan kita siapa lagi. Jujur, penulis bukanlah orang terbaik. Tapi, penulis yakin bahwa kita tentunya mempunyai satu cita yang sama dan mimpi yang sama. Kemajuan tanah air tercinta dalam segala bidang dan sendi kehidupan, terkhusus dalam bidang pendidikan. Sungguh satu kebanggaan yang dapat mengeluskan dada dengan tenang dan lega, jika bangsa Indonesia cukup menuntut ilmu dalam berbagai bidang di tanah air sendiri tanpa harus ke luar negeri.

Sepatah kata saran dan harapan penulis hadiahkan kepada semua rekan dan teman seperjuangan, terkhusus bagi pribadi penulis untuk mempersiapkan diri dari sekarang sematang-matangnya demi merajut sebuah mimpi “Universitas Al Azhar dan Harvard dan Al-azhar” terbukti pindah ke Indonesia। Kami sadari, mungkin kita merasa mustahil mewujudkan mimpi itu। Atau bahkan merasa geli mendengar mimpi ini। Tapi kita harus sama-sama menyadari bahwa perjalanan kita masih amat panjang dan banyak tantangan yang akan kita hadapi di kemudian hari। Harapan penulis, mudah-mudahan dengan tulisan yang singkat ini kita semua tergugah untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita। Karena kalau tidak, maka ‘PT’ (pekerjaan tertunda) yang akan kita hadapi, bak benang kusut yang amat sulit untuk memperbaikinya॥

No comments: