Monday 8 February 2010



















Apakah Hukum Ulang Tahun ?

(Dibahas dalam pembicaraan keluarga IKA BINA)

Ditengah musim dingin, angin malam bermain dengan tiupannya yang menerpa makhluk Allah Swt. Disaat itulah kami sekeluarga “Ika Bina” melaksanakan aktivitas dirumah tercinta, sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Ada yang memasak dan ada yang sedang membaca, berbincang-bincang, dan ada yang sedang membaca Al-Quran. Maka tak lama kemudian masakan yang sedang kami nanti telah siap saji untuk dinikmati. Makan,,,,,,,,,,,,,,,,makan,,,,,,,,,,,,,,,,,,bang makan,,,,,,,,,,,,,,,,,ayoo,,,,,,,makan

Begitulah kata seorang teman yang menjadi piket masak pada waktu itu. Maka seperti biasanya, ketika kami makan malam dirumah ika bina. Kami selalu membicarakan hal-hal yang penting, dari mulai membahas hal kedaerahan sampai membahas kejadian negara indonesia, bahkan membahas permasalahan dunia. Pada malam ini sangat berbeda, karena malam ini kami membahas hukum “ulang tahun” yang dimulai oleh salah seorang sahabat saya yang bernama Ritonga (seorang hafis dan penggemar syeikh rasyid) ia menyatakan bahwasanya hukum ulang tahun tidak boleh didalam islam, bahkan ia mubazzir saja. Begitu juga dengan pendapat salah seorang teman Ramlan (seorang yang suka bertanya) yang berasal dari tanjung balai, ia sependapat dengan si Ritonga.

Namun ditengah ide yang mereka lontarkan, ada salah seorang teman yang mengomentari pendapat mereka, ia berkata; “ulang tahun itu boleh-boleh saja asalkan tidak berlebihan, dan didalam islam, itu merupakan kebiasaan atau Al-‘adah Al-Muhakkamah. Lalu permasalahan apa yang antum hiraukan lagi didalam perayaan ulang tahun itu” begitulah ucapan dari saudara bagas (seorang aktivis islam) yang menyerang pendapat mereka. Tak lama kemudian, saat ritonga yang lagi asyik menyuapkan nasi kedalam mulutnya, Ramlanpun memberikan komentar yang tajam; “untuk apalah kita melakukan ulang tahun, lebih baik dana yang ada, seperti membeli telur kita infaqkan aja kepada fakir miskin” bagas pun mencari alasan yang sangat bagus “perlu diketahui, bahwasanya telur yang kami gunakan untuk melaksanakan peringatan ulang tahun adalah telor yang busuk-busuk. Lalu untuk apa kita permasalahkan lagi ?”

Sesuap nasipun telah dicerna oleh lambung, lalu ritonga memberikan alasan yang sangat singkat; “bagaimana kita tidak mempermasalahkannya. Perbuatan itu sudah jelas-jelas terbukti tidak bagus, yaitu meniru perbuatan orang-orang yahudi, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “barang siapa yang meniru sekelompok kaum maka ia termasuk kaum tersebut” maka jelaslah ulang tahun sangat tidak baik bagi kita. Apakah pernah dizaman Rasulullah Saw diadakannya ulang tahun ya akhi ?.”

Bagas tersenyum melihat komentar-komentar yang mereka berikan kepadanya sambil meletakkan piring dan mengerakkan tangan kekiri dan kekanan. “ya akhi dizaman Rasulullah Saw berbeda, memangnya dizaman Rasulullah Saw ada sahabat yang main facebook, mana mungkin ya akhifillah. Perlu diketahui bahwasanya kami memperingati ulang tahun bukan meniru orang-orang yahudi, melainkan kami hanya meniru kebiasaan di pesantren.” Itulah ucapan bagas. Lalu ia meminta komentar kepada salah seorang teman yang sedang makan malam juga bersama mereka, namanya yusref (seorang yang suka berbisnis) yang berasal dari kota inspirasi yaitu “sungai berombang” ia memberikan komentar; “kalau menurut ana sendiri sih, Al-Umuru Bimaqashidiha. Bisa jadi seseorang yang melempar telur keteman yang sedang ulang tahun itu merupakan tanda keakrapan seseorang, yang penting tidak berlebihan.” Senyuman Bagas semakin lepas ternyata ada teman yang masih berpihak kepadanya.

Ritonga yang begitu optimis dengan pendapatnya memberikan sebuah statmen yaitu “didalam Qawa’id Fiqh masih ada pengecualian-pengecualian yang harus kita ketahui” begitulah percakapan kami pada malam yang indah ini disaksikan terpaan angin. Sampai akhirnya mereka masih melanjutkan pembicaraan masalah ulang tahun ini didalam kamar. Akan tetapi masing-masing mereka tetap memengang pendapat-pendapat briliyan mereka.

Dari kisah diatas yang sederhana, saya sangat salut dan kagum dengan kebiasaan sahabat-sahabatku. didalam hati terlintas sepertinya inilah kebiasaan yang bagus, dan dia merupakan petanda akan majunya ndonesia jaya. Bukti persahabatan bukan hanya dilihat dari kesamaan pendapat tetapi berbeda pendapat bias melekatkan persahabatan bak baja yang tak bias dibelah oleh pedang. Sebagaimana seorang ulama mengatakan “persahabatan bagaikan kedua belah tangan yang sedang berwudhu’ yang mana mereka saling membasuh satu sama lain” semoga persahabatan kita semua semakin mantap. Amin.

Jalinan terindah adalah persahabatan,teman teristimewa adalah sahabat. Orang yang ku kagumi adalah sahabat. Yang kutakutkan adalah kehilangan sahabat, sesuatu yang berharga untuk dijaga. Bukan untuk dilupakan, nilai persahabatan tak akan cair dimusim panas, dan tak akan beku dimusim sejuk, tak akan keruh dimusim hujan, tapi senantiasa akan selalu mekar walaupun bukan dimusim bunga.

8 Februari 2010 dirumah IKA BINA

Mohd. Yusuf Hasibuan