Friday 5 February 2010

Amin, Dengan Nada yang Kuat

(Acara Tasyakuran Pernikahan Abangda Harun Al-Rasyid Simamora dan kakanda Siti Haditsah Fakhraini)

Ditengah kesibukanku dalam menjualkan barang-barang daganganku (Handphone Pulsa, dan Kristal). Ternyata pada saat itu Allah Swt memberikanku sebuah berita gembira, yang mana aku dapat undangan dari abangan kelas dan kakaan kelas yang ingin melaksanaan kesyukuran pernikahan mereka. Pada awalnya kakaan kelas itu menelponku; “yusuf apa kabar, nanti sore ada gak kegiatan” itulah sapaan awal dari dia. -Sebagaimana orang-orang yang suka menelpon, pada awalnya mereka melontarkan kata-kata pertanyaan, tentang kabar dan keadaannya.- ini semua untuk melakukan pendekatan didalam berkomunikasi. Lalu aku seperti biasanya, ketika menerima telepon dari siapapun, aku selalu menggunakan intonasi suara yang enak didengar dan dengan nada yang sangat indah menurutku. Ternyata dia mengundangku untuk mengikuti acara tasyakuran pernikahan merteka. Dan didalam undangan tersebut aku diminta untuk membacakan doa nantinya. Akupun terkejut kok bisa aku ya ? padahal aku kan belum menikah dan belum tentu lebih baik daripada mereka, namun karena ini adalah sebuah kepercayaan yang sangat mahal bagik,u dan tidak bisa dibeli dengan emas. Maka aku menerimanya dengan senang hati.

Kemudian aku hadir ketempat acara. Disana sudah tersedia semua, baik dari penyambutan tamu maupun makanan-makanan yang siap dinikmati. Memang benar-benar jadi tamu aku pada malam hari ini, padahal aku merasa sangat malu jikalau dianggap orang sebagai tamu. Seperti biasanya sebelum acara dimulai, setiap tamu undangan membicarakan beragam masalah dan berlatar belakang yang berbeda-beda, dengan teman-temannya masing-masing. Kalau aku sendiri dengan sahabatku yang bernama Zulkhari Simamora (seorang siswa ma’had syubra, dan hapal Al-Quran) membicarakan masalah perkembangan Indonesia sekarang dan bagaimana masa depan kami nantinya. Zulkhairi sendiri mengatakan “kalau aku nanti bang udah tamat, gayaknya aku mau menyambung ke Saudi Arabia” lalu kujawab “wah mantap itu. Bisa jadi hafis sekaligus milioner kau nanti.” Begitulah ucapanku kepadanya. Lalu ia balas dengan sebuah senyuman. Ditengah asyik-asyiknya kami membicarakan tentang keadaan umat islam sekarang, sambil membuka album foto pernikahan kakaan kelas, disaat itulah acara sudah siap dimulai. Para tamu undangan sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan acara tasyakuran ini. Acara pertama seperti biasanya lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh Zulkawahfi Nunut (Mahasiswa Al-azhar Zagazig) suaranya yang indah, membuat hati kami tenang saat mendengar lantunan ayat suci Al-Quran. Kemudian sambutan dari sang penganten pria, yang hanya menyampaikan tentang acara yang dibuat. Hanya untuk mensyukri nikmat-nikmat Allah Swt dan saling membagi meskipun sekapur sirih. Baru ucapan selamatpun disampaikan oleh sahabat lamanya Ahriza Falahi (Mahasiswa Al-Azhar) mengatakan semoga secepat mungkin mendapatkan momongan. Begitu juga dengan sambutan dari seorang ibu yang dianggap pengantin adalah sebagai pengganti ibu, mendoakan agar mendapat momongan secepat mungkin.

Lau acara perkenalanpun dimulai, dari setiap orang mengenalkan dirinya masing-masing. Ternyata disini aku sangat takjub dengan asal-usul tamu undangan. Karena tamu undangan berasal dari sabang sampai meroke. Sampai hatiku membisikkan ke pikiranku “wah! hebat juga ya kakaan kelas ku ini, ternyata ia bisa berteman ke semua daerah dari aceh, medan, jawa barat, Jakarta dst.” Inilah salah satu yang menjadi sorotanku pada acara tasyakuran ini. Dan yang menjadi sorotan yang kedua adalah tatkala lantunan doa dibacakan. Pada awal doa pertama memanjatkan, agar kedua mempelai saling mencintai dan mempercayai dikala dekat dan jauh, serta saling mendoakan dan mengingatkan dikala senang dan susah. Kebanyakan tamu undangan hanya biasa-biasa saja menjawabnya dan hanya menyebut amin, dengan nada yang sangat rendah bahkan tanpa suara. Kemudia ketika dipertengahan isi doanya yang berbunyi” ya Allah Swt ya tuhan kami! permudahkanlah bagi kakak-kakak dan abang-abang kami untuk mendapatkan jodoh. Yang belum menikah nikahkanlah ya Allah Swt dibawah keridhaanmu” semua tamu undangan menjawab dengan nada yang sangat kuat dan serius. Semuanya mengangkat tangan dengan setinggi-tingginya. Setelah doa semuanya tersenyum terutama MC yang begitu kocak dalam membawakan acara. Lalu acara potong kuehpun dilaksanakan oleh pengantin sambil memberikan hasil dari potongan kueh kepada sang istri tercinta, lalu ditutup dengan salam MC.

Setelah acara selesai, semua tamu undangan menyantap makanan sampai puas. Sama seperti yang ku rasakan karena selama ini aku jarang makan-makanan yang enak. Dari acara tasyakuran ini, hikmah yang sangat berarti bagiku adalah tentang ikatan persahabatan yang dibina oleh kakaan kelasku, yaitu dari sabang sampai meroke. Dan tentang nikah, ternyata kebanyakan orang, khususnya tamu undangan sudah sangat kepengin membina rumah tangga. Mungkin karena belum waktunya saja yang belum bisa ketemu. Semoga kedua pengantin bahagia didunia dan akhirat. Dan mendapatkan anak yang saleh dan salehah nantinya, amin.

Acara ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 4 februari 2010 pukul 18.55, bertepatan dengan tanggal lahir abanganda Harun Al-Rasyid.Simamora-nama beliau sama seperti nama ayahku yaitu Harun Al-Rayid Hasibuan juga, hanya berbeda marga saja.- semoga dengan tulisan yang singkat ini, penulis dan pembaca bisa meniru abanganda Harun Al-Rasyid Simamora dan kakanda Siti Hadisah Fakhraini.

Mohd. Yusuf Hasibuan

No comments: