Tuesday 30 March 2010


Apa Saja Yang Telah Dikontribusikan Umat Islam Terhadap Perkembangan

Dunia Didalam Peradaban Manusia.

(What Have The Muslims Contributions To Human Civilization Of The World)[1]

Oleh: Mohd. Yusuf Hasibuan[2]

Judul Buku : Mâdzâ Qoddama Al-Muslimûna Li Al-‘Âlami Ishâmâti

Al-Muslimîn Fî Al-Hadhârah Al-Insâniyyah.

Pengarang : Dr. Ragheb El-Sirjany [3]

Pembedah : Mohd. Yusuf Hasibuan

Jumlah Halaman : 847

Edisi : Pertama Mei 2009/Mei 1430

A. Prolog

Agama islam merupakan agama Rahmatan Li Al-‘Alamin, yang mencakup segala aspek kehidupan, baik secara individu maupun sosial. Pada zaman modern ini banyak ilmuan-ilmuan menganggap bahwasanya peradaban barat jauh lebih maju dari pada peradaban lainnya. Didalam bidang ilmu pengetahuan, peradaban, ekonomi, kebudayaan, pemikiran dan elektronik. Bahkan sebagian belahan dunia merasa iri terhadap perkembangan barat sekarang. Namun jika saja mereka menyadari kenyataan sejarah, maka mereka tidak akan mudah dikelabui. Bahwasanya 2 abad yang lalu peradaban islam jauh sangat maju dan membawa pelita bagi orang-orang yang tertindas.

Peradaban (kemajuan; kecerdasan dan kebudayaan) manusia sebelum datangnya islam sangat suram dan gelap, tanpa memiliki tujuan yang jelas. Dan seluruh peradaban mengandung unsur-unsur syahwat dan kenikamatan yang bersifat sementara. Kemudian ketika islam berada disisi manusia, peradaban berubah menjadi idaman seluruh makhluk, khususnya kebudayaan islam yang tidak pernah membeda-bedakan satu sama lain. Karena Peradaban, menurut sebagian ilmuan merupakan kemampuan manusia untuk membangun hubungan dengan tuhan, manusia, lingkungan dan alam semesta. Maka peradaban Islam adalah satu-satunya peradaban yang mampu membangun hubungan yang harmonis dengan tuhan, manusia, lingkungan sekitarnya, bahkan termasuk organisme hidup dan benda yang mati. Peradaban islam juga sebagai kunci keselamatan didalam kehidupan ini.

Didalam buku Mâdzâ Qoddama Al-Muslimûna Li Al-‘Âlami Ishâmâti Al-Muslimîn Fî Al-Hadhârah Al-Insâniyyah tertulis kontribusi-kontribusi yang sangat rapi dan teratur. Penulis Dr. Ragheb El-Sirjany juga sangat bijak dalam menyusun buku ini, yaitu dengan membagi dua jilid buku, menggunakan bahasa arab yang sangat bagus. Dan terdapat dihalaman akhir dituliskan daftar isi segala ayat-ayat, hadist-hadist, nama-nama orang yang telah tercantum didalam buku, nama-nama tempat, dll. Bahkan telah dicantumkan gambar-gambar ulama, mesjid-mesjid, dll. Sehingga membuat pembaca mudah untuk menghapal nama-nama ulama dan tempat. Penulis juga telah mengulas sejarah-sejarah islam dan masa sebelum islam dengan sangat singkat, padat dan berkualitas.Maka sangat wajar buku ini mendapatkan Mubarak Price atau Jaizah Mubarak.

Bagian jilid pertama buku ini menjelaskan tentang peradaban, dibidang etika dan norma-norma kehidupan, pendirian lembaga ilmiah dan riset dalam tubuh umat islam, kontribusi umat islam dibidang ilmu pengetahuan dan kontribusi dibidang aqidah, pemikiran dan adab. Didalam bab pertama ia menjelaskan tentang peradaban dengan judul “antara peradaban Islam dan peradaban masa lalu”. Disini diceritakan tentang apa saja yang telah terjadi dimasa peradaban Yunani dan India, Persia dan Romawi, dan orang-orang Arab sebelum Islam. Peradaban manusia sebelum islam sangat merosot dan kelihatan dengan jelas kebobrokan moral manusia dan undang-undang yang simpang siur dan tidak berpegang teguh kepada pondasi yang tetap, melainkan bertukar-tukar dan berubah-ubah. Ini semua hanya untuk memenuhi keinginan syahwat dan kenikmatan yang bersipat sementara. Argumen keagamaan dijadikan sebagai tembok berlindung untuk kepentingan masing-masing. Sehingga terjadilah peperangan, penganiayaan dan perdebatan yang tidak memiliki solusi dan tidak bertepi.

Dan didalam bab kedua berbicara tentang kontribusi umat islam dibidang etika dan norma-norma kehidupan, yang mana penulis mengatakan “bahwa peradaban Islam sangat berbeda dari peradaban lainnya, karena segala hak semua manusia memiliki hak yang sama dan tidak dibedakan satu sama lain. Didalam bab ini dibahas lima judul besar, yaitu; hak-hak, kewajiban, keluarga, Masyarakat dan hubungan internasional. Bab ketiga Dr. Ragheb El-Sirjany menjelaskan tentang pendirian lembaga ilmiah dan riset dalam tubuh umat islam. Yang terdiri dari lima pembahasan (islam dan visi baru umat Islam pada ilmu pengetahuan, islam dan proses perubahan dalam pengembangan pemikiran ulama, lembaga pendidikan Islam, tenaga pengajar atau guru-guru, dan terakhir pergerakan ulama).

Bagian bab keempat Dr. Ragheb El-Sirjany menerangkan tentang kontribusi umat islam dibidang ilmu pengetahuan, yang terdiri dari dua pembahasan (pertama; pada pengembangan ilmu pengetahuan, seperti di bidang kedokteran, fisika, optik, teknik, geografi, astronomi, dan yang kedua dibidang ilmu pengetahuan yang baru, seperti dibidang kimia, farmasi, geologi, aljabar, mekanika). Bagian bab kelima membahas tentang kontribusi dibidang aqidah, pemikiran dan adab, yang terdiri dari tiga pembahasan (pertama; kontribusi umat islam didalam perbaikan aqidah. Kedua; pengembangan ilmu pengetahuan dibidang falsafah, sejarah dan ilmu adab. Ketiga; dibidang ilmu pengetahuan, bahasa, dan syariah).

Dan dibagian jilid kedua buku, terdapat tiga bab. Pertama; bab keenam Dr. Ragheb El-Sirjany menjelaskan tentang lembaga-lembaga dan sistem didalam peradaban Islam (didalamnya dijelaskan tentang Khilafah dan kerajaan, sistem mentri, kantor, undang-undang, kesehatan). Kedua; bab ke ketujuh membahas perkembangan seni didalam peradaban islam (Didalamnya akan dibahas masalah seni islam, alat-alat dan hasil seni, keindahan Al-Quran dan hadist, keindahan bentuk tubuh manusia, keindahan akhlak manusia, keindahan nama-nama bagi makhluk hidup, kota modern dan dambaan umat islam). Ketiga; Bagian bab kedelepan membahas tentang pengaruh peradaban islam dan eropa (didalam diterangkan tentang pengaruh peradaban islam terhadap eropa, pengaruh peradaban eropa terhadap islam, pengakuan barat didalam perkembangan peradaban islam).

B. Peradaban dunia Sebelum Islam

1. Peradaban Yunani

Pada masa kuno peradaban yunani merupakan masdar atau akar kebudayaan manusia dan alam semesta. Yunani telah mengembangkan kebudayaan didalam berbagai ilmu pengetahuan khususnya dibidang falsafat. Diantara ulama-ulama dan para pemikir yunani yang terkenal adalah Socrates[4], Aflatun atau Plato[5], Aristoteles[6] dll. Mereka telah menyebarkan pemikiran-pemikiran baru kepada masyarakat yunani secara pelan-pelan dan sedikit demi sedikit melalui ilmu mantiq dan falsafat. Seperti pemikiran Plato, yang menganggap bahwasanya Negara mulia adalah apabila telah memenuhi tiga tingkatan sempurna dan tidak meninggalkan salah satunya. Tingkatan yang pertama tentang kefalsafatan yang mencakup hukum dan undang-undang. tingkatan yang kedua tentang tentara, yang harus menjalankan disiplin dan peraturan yang ketat. Tentara harus hidup sendiri tidak boleh menikah, memiliki anak, dan tidak memiliki hak didalam istana kecuali hanya membela dan mempertahankan keutuhan bangsa dan negara. Sehingga mereka menganggap bahwasanya wanita hanya sebagai penghibur dan penghargaan yang bisa dinikmati kapan saja. Dan kebanyakan anak perempuan tidak mengetahui ayah mereka, karena setiap perempuan hanya dianggap sebagai anak bangsa dan sebagai alat yang bisa memuaskan kaum pria. Dan tingkatan yang ketiga; para pekerja dan petani, mereka hanya sebagai pembantu bagi Negara dan para tentara, mereka tidak memiliki hak kecuali hanya untuk hidup dan mengabdi. Apabila mereka sakit, maka harus menjauhi Negara atau pergi hijrah ketempat yang lebih jauh dan tidak bisa dijangkau oleh para tentara. Karena menurut mereka bahwasanya tidak ada tempat istirahat bagi petani dan pekerja yang sakit.

Kemudian pemikiran Plato ini ditentang oleh seorang Aristoteles (murid plato). menurutnya apabila peraturan-peraturan yang diterapkan dan dijalankan sesuai dengan pemikiran Plato yang transendensi (yang melampaui batas). Maka terjadilah penyakit kecemburuan sosial dan hemostasis (penyakit berhentinya aliran darah) yang bisa menelan nyawa-nyawa manusia yang tidak berdosa, khususnya pemikiran tingkatan yang ketiga. Semuanya ini bisa menyakiti satu sama lain, sekelompok memegang kekuasaan dan kelompok yang lain sebagai kelompok yang dikuasai dan diatur, bahkan ditindas. Sedangkan kedudukan yang paling tinggi adalah sekelompok harus diadili dengan sedikit begitu juga sebaliknya.

Pada dasarnya tabiat kehidupan manusia menurut Aristoteles harus bisa beradaptasi antara yang kuat dengan yang lemah dan akal yang bebas dengan pemikiran yang matang. Karena dengan akal yang bebas, manusia bisa mengadili dan membuat keputusan dengan baik dan lurus. Aristoteles berpendapat bahwasanya wujud kesetaraan dan kesamaan sangat berlawanan dengan hak-hak alami. Sebenarnya tabiat kemuliaan, bisa ditinjau dari kelebihan akal dalam berfikir dan dari kelihaian seseorang dalam menggunakan organ tubuhnya untuk mengembangkan kreatifitas yang berkualitas. Sehingga untuk membedakan manusia hanya ditinjau dengan dua sisi yaitu akal dan penggunaan badannya.

Menurut Weldeornat, bahwasanya peradaban yunani khususnya dibidang sosial tidak baik diikuti dan disahkan menjadi undang-undang. Karena kebebasan mereka didalam berpikir membuat segala sesuatu menjadi halal dan bagus untuk dilakukan. Padahal dibalik itu semua menyebabkan seseorang akan frustasi dan stress. Disisi lain ada sebagian tingkah laku mereka mengandung unsur syahwat dan mengutamakan keindahan dan kenikmatan yang bersipat sementara. Contoh yang sangat mengerikan, yaitu; orang-orang filsafat atau failusuf menghalalkan melakukan pembunuhan terhadap anak-anak. Tindakan ini untuk menjaga dari tekanan masyarakat dan tidak diberinya rizki, sehingga pertumbuhan manusia dapat dikendalikan dan tidak penuh dan sempit.

Orang-orang yunani menganggap bahwasanya penghalalan membunuh bayi dan berzina merupakan tabiat kehidupan yang tidak bisa diganggu gugat. Didalam buku Al-Hadhârah Al-‘Arabiyah Al-Islâmiyah Wa Mûjazu ‘Ani Al-Hadhârati Al-Sâbiqah yang dikarang oleh Imam Syauqi Abu Khalil, bahwasanya Munandar mengatakan, “peradaban yunani membawa kehidupan manusia menjadi lebih hina dan terjerumus kedalam jurang perzinahan, meskipun ini termasuk kedalam tabiat kehidupan, namun konsep ini menjadi titik kelemahan yunani”.

2. Peradaban India

Peradaban India telah muncul semenjak 3.000 tahun sebelum masehi. Semua konsep kehidupan India telah diikuti oleh manusia, bahkan berabad-abad peradaban India menjadi pondasi dan sumber kehidupan manusia. Sehingga banyak manusia yang terpengaruh dan melupakan konsep-konsep masa lalu. Salah satu keunggulan peradaban India, yaitu; dibidang ilmu trigonometry (ilmu ukur segitiga), mereka menggambarkan bahwasanya didalam kehidupan seperti setengah garis miring pada segitiga (hypotenuse), konsep ini telah diterapkan juga didalam ilmu kedokteran, matematika, fisika dan falak.

Peradaban dan kebudayaan India di abad ke 3 SM sangat maju, sehingga sangat ketinggalan apabila tidak mengikuti gaya dan metode hidup orang-orang India. Pada masa ini juga telah ditetapkan undang-undang warga Negara dan peraturan sipil dan politik dibawah persetujuan Negara dan pemerintah. Maka apabila peraturan-peraturan dibuat tanpa sepengetahuan Negara, hukumnya tidak sah dan dianggap penghianat negara. Pada masa modern ini Undang-undang India dikenal dengan nama Manusyastar. Dan mereka membagi undang-undang ini menjadi empat tingkatan, yaitu; tingkatan yang pertama disebut dengan Brahma[7], tingkatan kedua adalah Kasytria[8], tingkatan yang ketiga adalah Waisyia[9], tingkatan yang keempat adalah Syudra[10].

Dan derajat wanita didalam peradaban India hanya sebagai budak yang bekerja melayani pria dan orang-orang terhormat. Mereka hanya sebagai permainan hidup yang memuaskan keinginan orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Terkadang seorang wanita bisa memiliki puluhan pasangan yang tidak jelas. Apabila seorang wanita memiliki suami, kemudian meninggal dunia maka kehidupannya akan melarat, bahkan semua masa depan mereka akan terkubur dalam-dalam dan tidak ada harapan lagi untuk mendapatkan pengganti. Beginilah kehidupan manusia di india sebelm datangnya islam, sungguh sangat mengerikan dan menghancurkan martabat seseorang.

Pada abad ke 6 M peradaban India mengalami kemunduran dan kemerosotan didalam segala aspek, khususnya dibidang agama dan sosial. Abu Hasan An-Nawawi[11] mengatakan dengan mengambil istimbat dari pemikiran-pemikiran ulama “bahwasanya kemerosotan peradaban India pada abad ke 6 M, disebabkan banyak faktor dan terjadi diberbagai bidang. Diantaranya; dibidang agama, penyebabnya adalah penyelewengan dan penodaan terhadap aqidah (mereka memunculkan pemikiran-pemikiran baru dengan membuat kasta atau tingkatan derajat seseorang). Maka sangat mudah untuk membedakan seseorang hanya melihat dari kasta dan kedudukan. Dan faktor selanjutnya adalah pemisahan agama dengan tata cara bernegara, sehingga agama dianggap hanya sebagai ladang ibadah saja dan tidak bisa diterapkan didalam kehidupan sehari-hari”.

3. Peradaban Persia[12]

Peradaban Persia telah dibentuk dengan sistem kekaisaran yang sangat kuat, bagaikan bangunan yang tidak bisa diruntuhkan dan dihancurkan. Namun kebanyakan Sistem undang-undang dan metode hidup yang disebarkankan oleh orang-orang Persia telah merusak hukum alam yang beradab dan berakhlak. Perkembangan peradaban Persia semenjak 3 abad SM yang mencakup segala bidang, baik diruang lingkung ekonomi maupun strategi perang. Agama resmi mereka adalah Zoroastrianisme[13] dan Bahá'í[14].

Sebelum datangnya agama Zoroastrianisme, mereka telah menyembah Allah Swt dan meyakini bahwasanya Dialah tuhan sekalian alam. Tak beberapa lama mereka mulai memuja-muja matahari, bulan, bintang-bintang dan awan, yang mana mereka menganggap bahwasanya matahari dan bulan merupakan sebagai perantara tuhan yang mempercepat hubungan manusia kepada sang pencipta dan cahaya juga adalah ciptaan Allah Swt. Sehingga mereka membuat peraturan yang melarang kerabat dan sanak saudara mereka untuk memusnahkan dan merendahkan kedudukan api, udara, debu-debu dan air. Kemudian semua peraturan ini dihapuskan oleh ulama Zoroastrianisme dengan mengarahkan masyarakat agar lebih fokus dalam memperhatikan perekonomian, cara memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membangun haikal agar memfokuskan penyembahan tuhan disatu tempat yang tidak berpindah-pindah. Sehingga mereka melupakan segala penyembahan, terutama kepada benda yang memiliki cahaya.

Namun dimasa kejayaan peradaban Persia masih banyak konsep-konsep kehidupan yang bertentangan dengan tabiat manusia. Diantaranya; pertama adalah mereka sangat bebas melakukan apa saja diluar agama demi kenikmatan dunia. Sehingga mereka memisahkan antara agama dan tata cara hidup bermasyarakat. Kedua, sang kaisar boleh menikahi anaknya seperti yazdajirda (kaisar pada abad kedua sebelum Masehi) yang menikahi anaknya dan membunuhnya. Begitu juga dengan kaisar Bahramjubin (kaisar pada abad keenam SM) yang telah menikahi saudara perempuannya. Menurut Dr. Arthur Christensen (seorang pakar sejarah iran, salah satu bukunya adalah Iran Fî‘Ahdi As-Sasnin dan telah meninggal pada tahun 1945) bahwasanya kebudayaan dan kebiasaan orang-orang iran atau Persia kebanyakan menikahi muhrimnya dan mereka menganggap perbuatan ini tidak termasuk dan tergolong didalam maksiat, akantetapi sebagai perbuatan yang terpuji dan ibadah kepada sang pencipta.

Tentu saja konsep ini sangat bertentangan didalam islam sebagaimana firman Allah Swt didalam Al-Quran yang artinya “Diharamkan atas kamu menikahi ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang telah menyusui kamu, saudara-saudara perempuan yang sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum mencampuri dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), dan diharamkan bagimu istri-istri anak kandungmu (menantu), dan diharamkan mengumpulkan didalam pernikahan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah berlalu masa lampau, sesungguhnya Allah Swt maha pengampun lagi maha penyayang”[15]. Dan seorang tokoh china juga mengatakan “bahwasanya orang-orang Persia menikahi wanita dengan sesuka hati mereka”.

Kemudian pada abad ke 3 M muncul ajaran baru, yaitu Mani. Segala ajaran-ajaran agama Zoroastrianisme ditolak dan ditinggalkan oleh pengikut aliran Mani, bahkan ajaran Mani sangat menentang hal-hal yang berkenaan dengan nafsu. Mereka melarang menikah (karena dengan menikah bisa melemahkan seseorang dalam melawan musuh dan tidak bisa konsentrasi dalam mempertahankan keutuhan Negara dan bangsa) dan merasa sangat senang, apabila tidak memiliki keturunan kecuali para pembesar kekaisaran. Mereka para raja menganggap bahwasanya hanya keturunan merekalah yang boleh menggunakan mahkota istana.

Kemudian ajaran Mani dihapus dengan pemikiran baru, yaitu; aliran Mazdak (nama ini diambil dari seorang filosof Persia, yang lahir pada tahun 487 M). Isi ajaran-ajaran Mazdak adalah seperti; sesungguhnya semua manusia memiliki kedudukan yang sama dan tidak memiliki perbedaan, maka harus hidup sejajar dan segala harta benda, istri dan anak adalah milik bersama kecuali jabatan. Syahristani (Filosof islam dan sebagai imam didalam ilmu kalam dan ilmu Muqâranatu Al-Adyân) mengatakan, “bahwasanya mazhab Mazdak telah menghalalkan segala sesuatu. Istri dan harta adalah milik bersama sebagaimana air, api dan rumput-rumputan yang selalu bersatu. Dan yang sangat anehnya, ternyata ajaran ini telah diikuti oleh kaisar-kaisar Persia diantaranya Qubaz ayah dari Anu Syarwan”. Ajaran ini sangat merugikan orang-orang kaya dan pria yang memiliki istri yang cantik. Dan menguntungkan bagi mereka yang hidupnya malas-malasan dan tidak memiliki harta.

Keanehan mazhab ini membuat rakyat semakin resah dan gelisah atas kebiasaan masyarakat yang seenaknya dan sesuka hati mereka dalam melakukan sesuatu. At-Tobari[16] mengatakan “mazhab Mazdak adalah ajaran racun bagi manusia, dan membuat sejarah kehidupan semakin gelap. Karena semua pria bebas untuk memasuki rumah-rumah masyarakat dan bebas melakukan apa saja terhadap istri-istri orang lain. Pemilik rumah-rumah tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya diam membisu dan kebingungan. Maka konsep ini memiliki unsur negatif yang berbahaya, bahkan mereka tidak bisa untuk mengenal siapa ayah dan anak kandung mereka”. Sehingga masyarakat dan orang-orang kaya yang tidak setuju dengan sistem dan mazhab Mazdak ini, mereka memprotes dan membuat pemberontakan terhadap kaisar Qubaz. Kemudian tak beberapa lama ia ditumbangkan oleh rakyatnya dan pejabat Negara, setelah memimpin Negara dari tahun 488-531 M. Dr. Arthur Christensen mengatakan “Masyarakat iran sangat kejam dan bengis, mereka tidak memperhatikan keturunan dan memikirkan pertumpahan darah, Melainkan memperhatikan kenikmatan dan melupakan dosa. Didalam kehidupan mereka tidak ada hubungan sepesial dan tali silaturahmi”. Beginilah kehidupan bangsa Persia yang hanya memikirkan kenikmatan dan syahwat saja.

4. Peradaban Bangsa Arab

Sebelum datangnya islam ke negara arab, gaya kehidupan masyarakatnya sangat menyedihkan dan membingungkan. Mereka hidup dengan berkelompok-kelompok –bahkan mereka sanggup membela mati-matian qobilah mereka, demi kejayaan dan kekuasaan kelompok-, menginginkan kebebasan dan suka menghambur-hamburkan kekayaan, tidak menginginkan hubungan bilateral dan tidak menerima orang-orang luar. Mereka hanya memperhatikan barang dagangan sesama orang-orang arab dan menyembah berhala sebagai perantara tuhan. Sehingga para sejarawan sering menyebut sejarah orang-orang arab dengan sebutan Târîkhu Al-Jâhiliyah (sejarah yang bodoh atau gelap). Bangsa arab juga memiliki sejarah yang sangat aneh dan membingungkan masyakarakat.

Dari segi agama mereka selalu menyembah patung, bahkan disetiap rumah terdapat patung-patung tersusun dengan rapi. Abu Rajak Al-‘Atorodi mengatakan,“kami telah menyembah batu, kemudian apabila kami menemukan batu yang lebih bagus lagi, maka kami akan menyembahnya. Dan apabila kami tidak menemukan batu-batu yang lebih bagus maka kami mengumpulkan debu-debu menjadi sebuah gumpalan. Lalu kami bermunajat kepada patung-patung sebagai perantara tuhan dengan membawa kambing atau susunya dan memuja patung tersebut”. Selain dari pada patung, bangsa arab juga masih memiliki tuhan yang sangat banyak, diantanya; malaikat (mereka menganggap, bahwasanya malaikat adalah anak Allah Swt dan malaikat juga bisa memberi syafaat bagi mereka), jin (mempercayai sebagai sahabat Allah Swt dan bisa mengubah keadaan mereka menjadi lebih baik), bintang-bintang (tuhan yang maha pengasih, karena telah memberi cahaya).

Bangsa arab dahulu lebih banyak dihuni oleh orang-orang yahudi –terbukti ketika lahirnya nabi Muhammad Saw ada orang yahudi mengatakan kepada kaum Quraisy “pada malam ini akan lahir nabi baru yang akan menyinari muka bumi ini”. Kemudian orang-orang Quraisy pulang kerumah mereka dan mendapatkan, bahwasanya aminah telah melahirkan seorang putra yang bernama Muhammad. Lalu orang-orang Quraisy mengatakan kepada orang yahudi tersebut “sesungguhnya telah lahir putra Abdullah” maka orang yahudi itu mengatakan “beruntunglah kamu wahai bangsa quraisy! sesunguhnya nabi lahir dari bani israil”-. Mereka menghakimi manusia sesuai dengan keinginan mereka. Dan menjadikan harta dan kedudukan sebagai tujuan utama hidup. Sehingga mereka melupakan agama dan tidak ingin memeluk agama yahudi seutuhnya.

Kerusakan bangsa arab dari segi akhlak, yaitu; mereka sangat menyenangi minuman keras dan saling menganggarkan kekayaan antara mereka. Apabila seseorang memiliki harta lebih banyak dari mereka, maka dimusuhi dan menjadi saingan. Begitu juga halnya didalam hubungan laki-laki dan perempuan, mereka sangat bebas dan menganggap zina sebagai perbuatan yang biasa. Kebanyakan pria menikahi wanita yang mereka senangi tanpa akad dan menceraikannya kapan saja. Dan membunuh anak-anak wanita, karena takut menjadi beban kehidupan mereka dan menjadi aib keluarga. Allah Swt sangat melarang hal ini, sebagaimana firmanNya didalam Al-Quran yang artinya “Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan atau membenamkannya kedalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya keputusan yang mereka tetapkan itu[17].

Aisyah Ra. Mengatakan “Sesungguhnya bentuk pernikahan dimasa jahiliyah ada emapat bagian; yang pertama, seorang pria mendatangi ayah perempuan atau saudara laki-lakinya yang memiliki hubungan saudara dengan peremuan. Dan mereka dijadikan sebagai wali (apabila seorang wali percaya, maka anaknya diberikan kepada pria). Yang kedua, seorang pria mengatakan kepada wanita yang ingin dinikahinya “apakah kamu sudah menstruasi” apabila sudah menstruasi, maka pria tersebut mengawininya. Dan jikalau hamil akan dinikahi dan apabila tidak hamil akan ditinggalkan. Tindakan ini dilakukan karena orang-orang arab pada masa itu menginginkan keturunan laki-laki (karena memiliki anak laki-lak menjaga kebanggaan). Yang ketiga, nikah dengan cara berkelompok dan rombongan. Sekelompok pria mendatangi seorang wanita dan mengawininya, jikalau memiliki anak akan diundi siapa yang mirip dengan anak yang telah dilahirkan wanita tersebut. Maka pria yang paling mirip dengan anak, maka harus menikahi wanita tersebut dan tidak boleh menolak dengan alasan apapun. Yang keempat, pernikahan kelompok pria dengan kelompok wanita. Yang mana golongan pria mendatangi golongan wanita dan memilih sesuai dengan keinginan pria, kemudian mengawini mereka. Dan dibolehkan juga saling bergantian pasangan”.

Umar Bin Khattab pernah mengatakan tentang masa jahiliyah,“Demi Allah Swt bahwasanya kami dimasa jahilyah tidak memperhatikan wanita, sampai Allah Swt mengangkat derajat wanita dengan agama islam”. Seorang wanita tidak memiliki hak didalam harta warisan. Orang-orang yang mendapat warisan dimasa jahiliyah adalah anak yang paling tua atau anak pertama jikalau tidak ada, maka orang-orang terdekat atau sanak famili (paman dan saudara laki-laki). Wanita tidak memiliki hak apa-apa dari suami mereka, bahkan jikalau seorang suami meninggal, maka istrinya adalah milik anak pertama dari istri yang lain. Karena orang-orang arab tidak memiliki batas dalam menikah.

Beginilah perbuatan dan tingkah laku orang-orang arab sebelum datangnya nabi Muhammad Saw. Membuat kaum hawa tertindas dan tidak memiliki ruang nafas untuk merasakan kenikmatan hidup. Kehidupan wanita sangat terdhalimi –padahal Allah Swt tidak mau menzhalimi hambanya, sebagaimana didalam hadist qudsi yang artinya “Sesungguhnya Aku telah mengharamkan diriKu untuk mendhalimi diriKu sendiri dan Aku telah mengharamkannya bagi hamba-hambaKu”. Allah Swt saja telah mengharamkan penzhaliman, apalagi kita sebagai manusia-. Namun meskipun demikian mereka juga masih memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain, yaitu; memiliki keberanian dalam segala hal, kuat menghapal bait-bait syair, menjaga ajaran-ajaran nenek moyang mereka dengan sekuat mungkin, menyenangi derajat yang sama, memiliki kemauan yang tinggi didalam meningkatkan bahasa arab dengan membuat perlombaan-perlombaan.

Kemudian setelah datangnya agama islam, semua bentuk kezhaliman dan penindasan terhadap orang-orang lemah dihapuskan secara perlahan-lahan. Segala kerusakan dan kebodohan diminimalisir dengan kekuatan iman dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Kemudian manusia hidup damai dan tentram dibawah bendera Al-Quran dan Hadist.

C. Peradaban Setelah Islam

I. Al-Quran dan Hadist Sebagai Pedoman Hidup

Agama islam sebagai agama petunjuk dan hidayah bagi manusia. Islam telah menyinari kehidupan manusia dari alam kegelapan dan ketinggalan menuju alam terang benderang dan penuh keharmonisan. Dan segala bentuk politik, pemikiran, ekonomi dan tata cara hidup bermasyarakat telah dibenahi oleh agama islam dengan sistem yang sempurna. Sehingga semua manusia yang memeluk agama islam merasakan ketentraman dan keindahan hidup. Apalagi seorang wanita yang hidup didua masa (jahiliyah dan masa keemasan islam), mereka akan merasa dihormati dan dijaga hak-hak dan kebutuhan hidup mereka. Peradaban islam memiliki pondasi yang sangat kokoh yaitu Al-Quran dan Hadist.

Pondasi utama didalam peradaban islam adalah Al-Quran sebagai wahyu dan kalam ilahi, yang menjelaskan segala sesuatu. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya “Alif Lâm Râ. (inilah) kitab yang disusun ayat-ayatnya dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci (mengenai tauhid, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan peringatan dan lain-lain. Dan disusun dengan surah, ayat demi ayat, dan seterusnya), yang diturunkan dari sisi Allah Swt yang maha bijaksana lagi maha teliti[18]. Al-Quran juga telah membedakan antara yang halal dengan yang haram, bahkan semua makhluk dimuka bumi ini (termasuk hewan) dibawah kontrolan Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya “Dan tidak seekor binatangpun yang ada dibumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatupun yang kami luputkan didalam kitab, kemudian kepada tuhan mereka dikumpulkan[19].

Al-Quran juga sebagai undang-undang yang menjelaskan metode hidup bermasyarakat, untuk lebih mudah mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan melalui hidayah Al-Quran. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya “Sungguh Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar[20]. Dan Al-Quran juga sebagai mu’jizat yang agung dan tidak ada kebatilan didalamnya. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Quran ketika (Al-Quran) itu disampaikan kepada mereka (mereka pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al-Quran itu adalah kitab yang mulia, yang tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari tuhan yang maha bijaksana lagi maha terpuji. Apa yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu tidak lain adalah apa yang telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelummu. Sesungguhnya tuhanmu mempunyai ampunan dan azab yang pedih. Dan sekiranya Al-Quran kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa arab niscaya mereka mengatakan, “mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah patut (Al-quran) dalam bahasa selain bahasa arab sedang (rasul), orang arab?katakanlah, “Al-Quran adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Quran) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka serperti orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh [21].

Sedangkan kedudukan hadist didalam agama islam, sebagai sumber kedua yang datang sebagai pejelasan dari tafsiran surat-surat AL-Quran. Suatu ketika seorang pemuda mendatangi ‘Imran Bin Hushain dan mengatakan,“Engkau telah menyuruh kami melakukan sesuatu, maka berikanlah dalilnya dari Al-Quran”. Kemudian ‘Imran Bin Hushain mengatakan dengan tersenyum “Sesungguhnya engkau amat lugu, apakah engkau menemukan didalam kitabullah cara mengerjakan shalat secara terperinci? Apakah engkau mendapakat didalam kalamullah metode puasa secara terperinci?. Sesungguhnya Al-Quran sebagai sumber hukum dan hadist yang akan menerangkannya secara terperinci”. Dan Allah Swt berfirman didalam Al-Quran yang artinya,”Sesungguhnya Allah Swt telah memberi karunia kepada orang-orang beriman, ketika Allah Swt mengutus (RasulNya) nabi Muhammad Saw, ditengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab (Al-Quran) dan hikmah (hadist), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kegelapan yang nyata”[22].

II. Keistimewaan Peradaban islam

1. Mentauhidkan dan Mengesakan Allah Swt.

1. Agama islam Mengajarkan kepada umat islam agar mentauhidkan atau mengesakan Allah Swt. Melaksanakan segala perintah Allah Swt dan Menjauhi segala laranganNya. Dan seluruh manusia serta alam semesta adalah makhluk tuhan yang harus menyembah Allah Swt dan tidak boleh menyekutukanNya. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya,”Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah Swt kepadamu. Adakah pencipta selain Allah Swt yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada tuhan selain dia; meka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidanNya)?[23]. dan didalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda yang artinya,”Wahai manusia! Ingatlah sesungguhnya tuhanmu esa, ayahmu adalah satu. Dan ingatlah bahwasanya tidak ada kemuliaan bagi orang-orang arab atas orang-orang non-arab, begitu juga dengan orang-orang non-arab tidak ada kemuliaan bagi mereka atas orang-orang arab, dan tidak ada kemuliaan bagi orang-orang yang berkulit kemerah-merahan atas orang-orang yang berkulit hitam, begitu juga sebaliknya kecuali hanya ketaqwaan”.

2. Agama Islam Tidak Pernah Membeda-Bedakan Suku dan Ras.

Peradaban islam sebagai ajaran yang terbuka dan tidak menutup-nutupi sesuatu atau merahasiakan ajaran agama. Dengan sangat jelas setelah ekpansi dilakukan didaerah lain, orang-orang islam berbaur dengan suku-suku lain tanpa membedakan satu dengan yang lainnya. Sehingga orang-orang non-muslim sangat tertarik dengan ajaran ini, apalagi mereka yang pernah merasakan gaya peradaban hindia yang membedakan derajat dan kedudukan manusia. Bahkan banyak ilmuan islam yang datangnya dari luar keturunan arab, melainkan dari persia, yunani, india, turki dan andalusia. diantaranya; Hasan Al-Bashri[24], Muhammad Bin Sirin[25], Abu Abdullah Al-Bukhari[26]

Peradaban-peradaban sebelum islam sangat menonjolkan kekuatan dan kekuasaan, sedangkan islam sangat jauh dari hal tersebut. Yang bisa membedakan umat islam hanya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt didalam Al-Quran yang artinya,”Wahai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempua. Kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah Swt ialah orang yang paling bertaqwa. Dan sesungguhnya Allah Swt maha mengetahui lagi maha teliti”[27].

3. Memperhatikan Keseimbangan Hidup

Didalam agama islam, segala sesuatu harus seimbang dan tidak berlebihan. Islam sangat menganjurkan untuk selalu berusaha dan bekerja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari . memerhatikan hal-hal yang berkenaan dunia harus seimbang dengan perhatian terhadap amal ibadah menuju pintu akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt didalam Al-Quran yang artinya, “Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah anugrahkan Allah Swt kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu didunia dan berbuat baiklah kepada orang lain, sebagaimana Allah Swt telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”[28].

Begitu juga halnya didalam berdagang pada hari jum’at, Allah Swt memerintaahkan agar meniggalkan barang dagangannya dan pergi melaksanakan shalat. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya,”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari jum’at, maka segeralah kamu menginga Allah Swt dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah Swt dan ingatlah Allah Swt banyak-banyak agar kamu beruntung”[29]. Oelh karena itu keseimbangan hidup harus dijaga dan dibina.

4. Agama Islam Telah Menjaga Hak-Hak Manusia

Allah Swt telah memuliakan manusia dan mengangkat derajat orang-orang yang beriman. Dan Allah Swt telah memberi rezeki kepada seluruh makhluknya, baik secara ekonomi maupun kedudukan. Meskipun manusia tersebut tidak mematuhi perintah Allah Swt, sang pencipta masih memberikannya kesempatan hidup. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya,”Dan sesungguhnya kami telah memuliakan anak cucu adam, dan kami angkut mereka di darat dan di laut, dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan mereka diatas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”[30].

Begitu juga dengan hak-hak wanita, telah dijaga dan diperhatikan. Pada masa dahulu wanita dijadikan sebagai penghibur kehidupan laki-laki dan ditindas dengan kekerasan yang berlebihan. Namun setelah datangnya islam, derajat wanita diangkat dan dimuliakan. Dan Allah Swt menjelaskan didalam Al-Quran bahwasanya laki-laki dan perempuan diciptakan dari asal yang satu. Maka secara wujud makhluk wanita dan pria adalah sama. Dan Rasulullah Saw bukan hanya menyuruh untuk menjaga mereka, akantetapi untuk melakukan kebaikan kepada mereka. Rasulullah juga menganjurkan agar seluruh pria mengajarkan kebaikan dan akhlak mulia kepada saudara perempuang mereka.

Kemudian agama islam juga tidak pernah meninggalkan perhatian terhadap para pembantu dan pekerja. Semua hak-hak mereka diberikan dan dilaksanakan meskipun mereka memiliki derajat yang rendah dimata manusia. Rasulullah Saw bersabda tentang hak-hak pembantu, yang artinya.”Sesungguhnya saudara-saudaramu adalah pembantu-pembantu kamu. Allah Swt telah membuat mereka dibawah tanggungjawab kamu. Jikalau mereka termasuk saudara kamu berilah mereka makanan dari makanan yang biasa mereka makan, berilah mereka pakaian sesuai dengan pakaian yang mereka gunakan, dan janganlah kalian bebankan mereka dengan apa-apa yang tidak sanggup mereka kerjakan, dan jikalau kalian memberikan mereka tugas bantulah mereka atau berikanlah pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka”. Inilah salah satu cara islam untuk mengangkat deraja para pekerja. Dan Rasulullah Saw juga menganjurkan kepada umat islam agar memberikan gaji kepada pembantu sebelum keringat mereka kering. Kemudian agar para pembantu dan pekerja terjaga dari penzhaliman majikan mereka, maka Rasulullah Saw menganjurkan agar mencoba selalu makan bersama pembantu dan memberikan upah kepada pembantu sebelum mereka meninggal dunia.

Aisyah Ra. Mengatakan “Bahwasanya Rasulullah Saw tidak pernah memukul seorang wanita dan pembantu dengan tangannya”. Suatu ketika Rasulullah Saw melihat Abu Mas’ud Al-Anshari memukul pembantunya atau hamba sahayanya, maka Rasulullah Saw berkata,”Ketahuilah wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya aku lebih berhak melakukan sesuatu kepadanya dari pada engkau. Kemudian Abu Mas’ud berkata “Wahai Rasulullah Saw! Sesungguhnya aku telah memerdekakannya”. Lalu Rasulullah Saw menjawan; jikalau tidak engkau merdekakan, maka api neraka akan menyentuhmu”. Dan Anas Bin Malik pernah mengatakan,”bahwasanya aku pernah menjadi pembantu Rasulullah Saw selama sembilan tahun dan belia tidak pernah mengatakan kepadaku “celakalah engkau karena telah melakukan sesuatu” akantetapi Rasulullah Saw hanya mengatakan kepadaku “kenapa engkau lakukan hal ini” dengan kelembutan dan senyuman”.

Didalam riwayat imam ahmad, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda yang artinya,”Wahai Robi’ah Bin Ka’ab (pembantu Rasulullah Saw) tidakkah ada keinginanmu untuk menikah? Kemudian Robiah Bin Ka’ab menjawab”demi Allah Swt Aku tidak menginginkan pernikahan kecuali hanya menjadi pembantu bagimu”. Pertanyaan ini ditanya Rasulullah sampai tiga kali. Maka Robi’ah menjawab dengan terus terang,”iya ya Rasulullah Saw”. Jikalau itu maumu maka datangilah sifulan dari kaum anshar sesungguhnya ia ingin menikahimu”.

Agama islam juga memperhatikan hak orang-orang yang sakit. Sebagaimana firman Allah Swt didalam Al-Quran yang artinya,”Tidak ada halangan bagi orang yang buta, tidak pula bagi orang yang pincang, tidak pula bagi orang yang sakit, dan tidak pula bagi dirimu, makan bersama-sama mereka di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara bapakmu yang perempuan di rumah saudara-saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudar-saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu, tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri”[31]. Begitu juga didalam hadist Rasulullah Saw, menganjurkan umat islam agar sering-sering menjiarahi atau mengunjungi oerang-orang yang sedang sakit. Dan barang siapa yang telah mengunjungi orang muslim yang sedang sakit, maka Allah Swt menghapus dosa-dosanya.

Begitu juga dengan orang miskin dan anak yatim, mereka dimuliakan dan mendapatkan perhatian dan hak-hak langsung dari Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt didalam Al-Quran yang artinya,”Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang-orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros”[32].

5. Kemajuan Islam Dibidang Ilmu Pengetahuan.

Dahulu sebelum datangnya islam kebanyakan orang eropa apabila mengobati orang-orang gila hanya menghibur mereka dengan lagu-lagu atau mengurung mereka ketempat yang jauh, karena mereka menganggap bahwanya mereka kena gangguan syeitan. Dan ada yang mengobati orang gila dengan membakar badan orang yang sakit. Sungguh amat menyedihkan masa sebelum datangnya islam. Seluruh siste perobatan dahulu hanya mengharapkan dari penelitian dan percobaan. Kemudian hasil ekperimen tersebut dijadikan patokan untuk mengobati seseorang.

Namun ketika islam hadir dipermukaan, sistem pengobatan dan tata cara memberi obat-obatan telah ada dari Al-Quran dan hadist bukan melalui percobaan-percobaan. Pada masa kejayaanislam model perobatan telah dibagi menjadi empat dokter spesialis (dibidang mata, luka organ tubuh, khusus mengurus wanita (Abu bakar Ar-Raji) dan dibidang perut). Bahkan Rasulullah Saw pernah mengobati para sahabat dengan menggunakan madu, rumput-rumput dan lain-lain. –bahkan suatu saat Rasulullah Saw pernah mengobati orang madinah dengan air-. Kemudian untuk meyakinkan umat islam, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya,“bahwasanya segala bentuk jenis penyakit memiliki obat dan penawarnya, karena Allah Swt tidak akan menciptakan penyakit kecuali dengan menciptakan obatnya juga”. Sehingga ilmu kedokteran islam sangat maju semenjak Rasulullah Saw diangkat menjadi nabi. Apalagi pada masa Abbasiyah, ilmu kedokteran islam semakin maju dan terkenal di muka bumi. Diantaranya Ali Bin Isya Al-Kahl[33], Ibnu Sina[34], Az-Zahrawi[35].

Pada masa dahulu untuk memperoleh ilmu kedokteran ada tiga cara. Yang pertama; dengan melakukan percobaan ratusan kali, bahkan sampai ribuan kali baru menemukan obatnya. Yang kedua; melalui ilham dari Allah Swt, cara ini biasanya hanya diperoleh oleh orang-orang yang beriman dan dekat dengan Allah Swt. Kecuali mereka yang mendapatkan tata cara pengobatan melalui jin dan syeitan. Maka cara tersebut perbuatan yang syirik dan menduakan Allah Swt. Yang ketiga; melalui belajar dan percobaan. Apabila mereka mendalami dengan tekun, maka petunjuk tersebut datang dari Allah Swt.

Sedangkan ilmu kedokteran dieropa sudah mulai berkembang pada abad ke 14. dengan menterjemahkan buku-buku ibnu sina kedalam bahasa eropa, bahkan sekarang digunkan sebagai salah satu diktat mata kuliah. Lalu bagaimana dengan kita, apakah masih diam saja dan membiarkan ilmu-ilmu islam terdahulu hilang begitu saja?.

D. Epilog

Inilah peradaban islam yang sangat mulia dan menjadi kunci kehidupan menuju akhirat. Seorang hamba yang hidup dimuka bumi ini, tidak akan bisa lari dari hukum-hukum Allah Swt. Semua manusia harus melewati arus-arus hukum ilahi, seorang atheispun ketika menghembuskan nafasnya terakhir atau terkena penyakit, ia pasti akan mencari siapakah yang berhak menjadi tempat mengadu dan memberi petunjuk. Sebagaimana baru-baru ini di india telah masuk islam seorang penganut sejati atheis karena merasa nyaman melihat orang-orang muslim. Agama islam adalah ajaran yang paling sempurna. Sebagaimana firman Allah Swt didalam Al-Quran yang artinya, “sesungguhnya agama yang paling benar disisi Allah Swt adalah agama islam”.

Maka sebagai mahasiswa Al-Azhar, kita harus berusaha memiliki buku Mâdzâ Qoddama Al-Muslimûna Li Al-‘Âlami Ishâmâti Al-Muslimîn Fî Al-Hadhârah Al-Insâniyyah. Karena buku ini sangat bagus dijadikan sebagai salah satu referensi dibidang peradaban islam. Semoga sukses selalu. Amin.

Org eropa mengobati kalau gila dibaakar dan dikasih musik dianggap kerasukan setan tapi islam beda

Orang masuk islam.

Dunia skrg terbalik ,barat menguasai hadist,,,,,,,,,barat belajar sain kedokteran dari islam, islam belajar bahasa dari barat

Innallahasstofa adam

Film Malaysia syaiful apek

Hari palentine

Kamus munjid luwis makluf

Kalau dipikir-pikir isi bumi ini tidak bertambah dan tidak berkurang.

I’rab judul

Adaptasi =penyesuaian diri

Tabiat = yang alami, bawaan setelah lahir

Transendensi = yang melampaui batas

hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation)


[1] Makalah ini dipresentasikan dalam acara bedah buku , yang diadakan oleh; Departemen Kodifikasi dan Perpustakaan Himpunan Mahasiswa Medan. Kairo, Senin 14 Maret 2010.

[2] Penulis adalah mahasiswa Al-Azhar, Fakultas Syari’ah Wa Al-Qonun, Jurusan Syari’ah Islamiyah, Tingkat IV. Dan bercita-cita ingin menjadikan kecamatan Sungai Berombang menjadi kota inspirasi bagi desa-desa lainnya dan membangun Indonesia menjadi Negara super power pada tahun 2100.

[3] Lahir pada tahun 1964 M di mesir, dan menyelesaikan hapalan Al-Quran pada tahun 1991 H. seorang dosen difakultas kedokteran, universitas Al-Azhar. Dan telah mengarang 25 buku diantara buku-bukunya adalah; Ar-Rahmatu Fî Hayâti Ar-Rasul (buku ini mendapat urutan pertama, didalam perlombaan menyusun kisan nabi Muhammah sebagai nabi yang penyayang dan mendapat penghargaan Markaz Prize pada tahun 2007), Akhi Al-Thabîb dan Anta Wa Falestîn, dan seterusnya.

[4] Seorang guru besar dan Failusuf yunani, lahir dan hidup di Asena, dan ia juga seorang pemikir pertama didalam ilmu mantiq dan falsafah.

[5] Nama aslinya Aristokles, lahir pada tahun 347 SM dan meninggal pada tahun 427 SM. Ia adalah selah seorang pemikir perkembangan kebudayaan barat, sehingga ada yang mengatakan bahwasanya kebudayaan barat tidak akan berkembang, kecuali dengan catatan-catatan syeikh Plato atau Aflatun. Salah satu bukunya yang sangat terkenal adalah Jumhûriyatu Aflatûn.

[6] Ia menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan, diantaranya; ilmu mantiq, fisika, Undang-undang, Syair dll. dan biasanya ia dipanggil dengan Al-Muallim Al-Kabîr, Lahir pada tahun 322 SM dan meninggal pada tahun 384 SM, ia juga salah seorang murid Plato atau Aflatun, dan sebagai guru Alexander The Great.

[7] Golongan yang paling mulia dan memiliki kehormatan, mereka adalah orang-orang yang dipilih dan dianggap paling suci disisi tuhan, ahli agama dan pemimpin manusia sekaligus alam semesta. Sehingga mereka bebas melakukan apa saja. Mereka berhak mengambil harta benda dari kasta Syudra dengan sesuka hati mereka. Karena menurut mereka bahwasanya mereka adalah pemilik alam semesta dan sebagai perwakilan tuhan di muka bumi. Bahkan seorang hamba sahaya dan pembantu tidak berhak memiliki sesuatu dan segala harta benda mereka adalah pemilik kasta Brahma. Dan didalam agama hindu Brahma adalah tuhan pencipta alam semesta.

[8] Golongan tentara-tentara, baik yang berpangkat rendah maupun pimpinan perang. Kasta ini memiliki kedudukan kedua didalam kehidupan India.

[9] Golongan petani dan pedagang, mereka hanya memikirkan panen dan larisnya barang-barang dagangan. Golongaan ini juga merasakan penindasan.

[10] Golongan pembantu dan hamba sahaya, golongan ini tidak memiliki kedudukan dan kehormatan, hanya sebagai pengabdi Negara dan kuli terhadap orang-orang yang memiliki mereka. Golongan ini sangat dikucilkan dan ditindas. Mereka dianggap sebagai kasta yang tidak berharga, bahkan mereka lebih hina dari pada anjing, itik dan kodok.

[11] Nama aslinya Abu Hasan Ali bin Abdul Hayyi bin Fakhruddin Al-Hasani, lahir dan meninggal pada tahun (1914-1999) didaerah Takyah yang terletak di India. Ia adalah seorang ulama dan mujahid, sekaligus sebagai penyair yang santun dan beradab. Salah bukunya yang sangat terkenal sampai sekarang adalah Madzâ Khasira Al-‘Alâm Bi In-Hithâthi Al-Muslimîn.

[12] Orang-orang asia tengah (keturunan arya) yang telah berhijarah ke iran dan membangun kerajaan-kerajaan kecil, kemudian disatukan menjadi kekaisaran yang besar. Dan pertama kali yang memimpin Persia adalah akhemenid. Kemudian Persia juga pernah dikuasai oleh pemerintahan Seleukus (salah seorang tentara Alexander yang agung, ia memimpin karena meninggalnya Alexander dimasa muda dan tidak ada yang melanjutkan kepemimpinan, maka para tentara perang berebut untuk menggantikan posisi pemimpin), Ummayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk.

[13] Agama ini muncul pada tahun 283 SM, dan ajarannya ini kebanyakan diambil dari pemikiran filsafat, yaitu; mereka mempercayai tuhan satu (Ahura Mazda) yang telah menciptakan alam semesta dan manusia yang harus saling menjaga dari konflik dan kekacauan. Dan ketika alam sudah tidak berpungsi dan tidak bergerak lagi, maka Ahura Mazda berkuasa penuh atas segala sesuatu. Pada tahun ini agama sangat dikucilkan, apalagi setelah runtuhnya kepemimpinan Fahlevi.

[14] Memiliki prinsip ajaran yang mempercayai adanya utusan tuhan, disebut sebagai Bahaullah (perwujudan tuhan), dan diutus kemuka bumi keseluruh agama (islam, Kristen, budha). Kemudian pemikiran-pemikiran ini disatukan menjadi satu aliran yang disebut baha’i.

[15] Qs: An-Nisak, ayat 23.

[16] Nama aslinya Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir A-Tobari, ia adalah seorang mufassir, ahli fiqih, hadist, dan sejarah. Ia meninggal pada tahun 531 M di Baghdad.

[17] QS: An-Nahal, ayat 58-59.

[18] QS: Hud, ayat 1.

[19] QS: Al-An’am, ayat 38.

[20] QS: Al-Israk, ayat 9.

[21] QS: Fushshilat , ayat 42-44.

[22] QS: Ali ‘Imran , ayat 164.

[23] QS: Fathir, ayat 3.

[24] Nama aslinya Abu Sa’id Al-Hasan Bin Yasar Al-Bashri, lahir di Madinah pada tahun 21 H/642 M, dan meninggal di Bashrah pada tahun 110 H/728 M. Ia adalah seorang tabi’in ahli hadist, ilmu seni dan ilmu tasawuf.

[25] Salah seorang ulama Bashrah, yang mana nama aslinya adalah Abu Bakar Bin Sirin Al-Bashri. Dan ia dilahirkan di Bashrah pada tahun 33 H/653 M. dan meninggal di Bashrah juga pada tahun 110 H/729 M. ia sangat terkenal dibidang ilmu ta’bir khusunya didalam mimpi. Salah satu karyanya adalah Tafsîr Al-Ahlam.

[26] Nama aslinya Abu Abdullah Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, lahir di Bukhara, pada tahun 194 H/810 M. dan meninggal di Bakhurtung (salah satu desa yang terletak di Samarkonda). Ia adalah syaikhu Al-Islâm, Imâmu Al-Huffâzd dan sejarawan.

[27] QS: Al-Hujurat , ayat 13.

[28] QS: Al-Qashash, ayat 77.

[29] QS: Al-Jumu’ah , ayat 9-10.

[30] QS: Al-Israk , ayat 70.

[31] QS: An-Nur, ayat 61.

[32] QS: Al-Israk, ayat 26.

[33] Nama lengkapnya Ali Bin Isya Bin Ali Al-Kahl, meninggal pada tahun 430H/1039M. ia menguasai obat-obat mata dan luka organ tubuh, sehingga masyarakat memanggilnya dengan sebutan Al-Kahl. Salah satu bukunya yang sangat terkenal yaitu; Tazkiratu Al-Kahl.

[34] Nama Aslinya Abu Ali Husain Bin Abdullah Bin Sina, lahir pada tahun 370 H/980 M di Bukhara dan meninggal di Hamzan pada tahun 428H/1037 M. Ia adalah Syaikhu Al-Thib, Filosof dan menguasai ilmu sosiologi.

[35] Nama Aslinya Abu Qosim Az-Zahrawi, meninggal dunia pada tahun 403 H. Ia menguasai bidang penyakit kulit dan orang yang pertam amenemukan kaca mata. Dan bukunya telah diterjemahkan kedalam bahasa eropa, dengan nama ALTASRIF.

No comments: